Wednesday, April 12, 2006

satu jam diskusi

"Tunanetra, itu kelompok kecacatan yang paling tertinggal dalam hal informasi. Kenapa? karena informasi itukan banyaknya dari media cetak, atau elektronik dan sifatnya visual. Terus, kalo begitu gimana tunanetra dapat informasi.. padahal informasi itu berkembang terus."

Karena itulah ada program seribu buku mitranetra, mitra netra yakin bahwa masyarakat peduli akan kebutuhan tunanetra, hanya saja mereka tidak mengerti bagaimana cara membantu tunanetra memenuhi kebutuhannya. Mitra netra juga yakin bahwa penerbit mau membantu hanya saja belum tau apa yang harus dilakukan..

Karena rasa percaya itu, mitranetra mengajak masyarakat untuk membantu tunanetra untuk mendapatkan informasi mengenai buku-buku terbaru dengan cara mengetikkan ulang buku, ga susah kok cara mengetikkannya..

format pengetikan biasa aja,
  1. salin naskah di ms.word
  2. langsung di-setting normal aja (biasanya langsung times new roman, font 12)
  3. setiap nomor halaman dituliskans ecara manual, misalnya:

halaman 1

.... (isi teksnya)

halaman 2

... (isi teksnya)

jadi setiap ganti halaman, nomor halaman ditulis

Kalo naskah sudah selesai diketik ulang, kirim ke imel kantor-ku, tapi sebaiknya sebelum mengetikkan ulang naskah, daftar dulu jadi relawan supaya bisa lihat siapa aja relawan yang sudah ada, daftar buku yang bisa diketikkan, atau bahkan landasan hukum program ini..

kalo mau berhubungan dengan relawan lain--yang sekarang jumlahnya sudah mencapai 200 orang, ikut milisnya aja...

Karena kepercayaan itu juga, mitranetra mengajak para penerbit untuk meminjamkan softcopy dari naskah2 buku yang sudah diterbitkan dalam bentuk print book untuk dikonversi kedalam bentuk braille. Sejauh ini--program ini berlangsung sejak Desember 2005, ketika Yayasan Mitra Netra keluar sebagai Pemenang Samsung Digital Hope 2005, dengan program Diversifikasi Bahan Bacaan bagi Tunanetra.

Pastinya ada pertanyaan besar, naskah yang sudah diketik ulang, dan soft copy itu diapakan??

Setelah soft copy (baik yang dari relawan ato dari penerbit) diterima.. naskah itu dikonversi kedalam braille dan selanjutnya diupload diweb KEBI(Komunitas electronic Braille Indonesia)-online dalam bentuk Braille.KEBI ini suatu komunitas braille yang terdiri dari para produsen buku braille di seluruh Indonesia. Jadi setiap produsen buku Braille bisa download langsung naskah Braille yang sudah ada dan tingal mencetaknya dengan printer Braille ditempatnya masing2.

Terus, naskah aslinya sendiri dimana???

Naskah yang aslinya tetap ada di Yayasan Mitra Netra, jadi ngga bocor kemana-mana...

Memang di Mitra Netra ada bagian Perpustakaan yang salah satu seksinya adalah produksi braille.. diseksi ini ada yang namanya braille transcriber ato orang yang menyalin buku ke dalam braille. Jadi semua buku baik yang sosial-maupun eksakta, fiksi-nonfiksi semua disalin dulu dan proses inilah yang memakan waktu lama dalam pembuatan satu buku braille. Proses pembuaatan satu buku braille bisa mencapai satu bulan, tergantung banyak tidaknya pesanan.

Kalo relawan membantu mengetikkan buku, kan akan sangat membantu para transcriber dalam mengerjakan buku-buku populer ato sosial, jadi kan bisa berkonsentrasi pada buku-buku eksakta, musik atau buku yang mengandung huruf arab. Karena ketiga jenis buku ini abjadnya berbeda dengan abjad braille yang biasa digunakan. Huruf Braille sendiri, terdiri dari 6 titik yang memiliki hasil modifikasi sebanyak 63 karakter. ini terlepas dari kombinasi karakter untuk bisang eksakta, musik, dan arab.

sebagai orang yang ada di belakan pembuatan buku braille, ini aku cuma bisa mengajak semua orang untukmembantu tunanetra, lagi lagi.. aku cuma bisa bilang..."mari berbagi dengan sesama"

Monday, April 10, 2006

SEKOLAHKU, KAWAH CANDRADIMUKAKU

Apakah sekolah inklusi serta-merta "ramah" kepada penyandang cacat? Atau, fasilitas dan pelayanannya sama saja dengan sekolah terpadu biasa? Lantas, bagaimana halnya dengan sekolah luar biasa yang sudah lebih dahulu mengibarkan bendera penyandang cacat?
Untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, Mitra Netra On Line mengunjungi tiga buah sekolah. Ketiganya telah mencakup sekolah inklusi, sekolah terpadu dan sekolah luar biasa. Sekolah-sekolah tersebut ialah Sekolah Menengah Atas Negeri 66 (SMAN 66) PONDOK LABU JAKARTA SELATAN, Sekolah Menengah Atas Persatuan Guru Republik Indonesia 3 (SMA PGRI 3) Pondok Labu Jakarta Selatan dan Sekolah Luar Biasa Untuk Tunanetra Pembina Tingkat Nasional (SLB-A PTN) Lebak Bulus Jakarta Selatan.
"Kelebihan yang boleh kita acungi jempol di situ cuma got yang di sekolah itu ditutup. Jadi itu tidak membahayakan," kata Aris Yohanes, tunanetra siswa SMAN 66 Jakarta. Sedangkan fasilitas lain menurutnya masih kurang memudahkannya. "Di sini yang membahayakan buat tunanetra itu banyak tiang-tiang penyangga gedung. Saya pernah nabrak itu," ujar Aris lagi.
Menyoroti hal lain, teman sekolah Aris yang low vision bernama M. Ikhwan Toriqo menilai pelayanan guru-guru kepada penyandang cacat di sekolahnya cukup baik. "Kalau gurunya untuk sementara ini bagus, terutama untuk menangani kelas 3. Ada semangat," tuturnya. Bahkan menurut Riqo, ada guru yang berusaha keras untuk membuatkannya peta timbul.
Ketika hal yang sama ditanyakan pada M. Arif Budiman, siswa tunanetra di SMA PGRI, Arif mengatakan bahwa sekolahnya sama sekali tak memperhatikan masalah aksesibilitas. "Tidak ada, karena ’kan bukan sekolah yang ditunjuk untuk inklusi," ujarnya. Walaupun demikian, siswa yang baru duduk di kelas 1 itu mengaku dapat menyesuaikan diri sehingga proses belajarnya tetap lancar. Menurut Arief, ia hanya perlu lebih berhati-hati terhadap pintu teralis besi di beberapa ruang sekolahnya yang membuka ke arah luar.
Mitra Netra On Line memang menemukan pilar-pilar dan pintu besi tersebut. Meskipun demikian, ternyata beberapa pimpinan sekolah mereka beralasan senada. "Kami mempunyai suatu tujuan agar mereka itu tidak terlalu tergantung. Itu pengalaman saya!" ujar Warsito Jati, Kepala Urusan Kesiswaan SMA PGRI 3 Jakarta.

Read more on: www.mitranetra.or.id/news
Masuk sekolah baru pastinya menjadi hal yang membuat seseorang "nervous" dan tentunya seneng... masuk sekolah baru berarti gedung baru, teman baru, kenalan sama banyak orang..
Ngga pernah kebayang, kalo oneday aku masuk ke satu lingkungan baru yang aku ngga tau bagaimana keadaannya, siapa teman-teman baru itu, seperti apa rupa mereka, bahasa tubuhnya, bagaimana cara berkenalan dengan mereka......nervous, ngga usah ditanya lagi..malu, pasti dong.., dan akhirnya STRESS!!!
Kebayang dong..ketika teman2 kita yang tunanetra--yang hanya tau dunia seluas jangkaan tangan dan kakinya--ketika mereka masuk ke suatu sekolah baru atau lingkungan yang baru, misalnya sekolah, mereka jadi malu, dan akhirnya jadi orang yang kuper.
Kok bisa ya??
bisa dong, kalo minta di anter kemana-mana pastinya malu, karena jadi tergantung sama orang lain. Jadi daripada minta bantuan terus, mendingan diem aja...
Kenapa siy, kita ngga coba untuk menawarkan bantuan??
Diatanya aja apa yang bisa dibantu...
Pada dasarnya tunanetra juga kan sama seperti kita, yang berpenglihatan.
Mereka hanya memiliki kebutuhan yang khusus bukan kebutuhan yang berbeda.
Bedanya, kita bisa melihat semua objek dengan jelas sedangkan mereka belum tentu bisa sejelas kita.
Untuk itu, sebelum seorang tunanetra masuk ke suatu lingkungan yang baru, ada pelatihan yang namanya orientasi mobilitas (OM) latihan ini fungsinya untuk memperkenalkan lingkungan yang baru--secaa lebih terperinci tentunya--kepada tunanetra.
Misalnya, kalo kita masuk sekolah baru, kan ada masa orientasi, diperkenalkan fasilitas sekolah dan tata letaknya..
untuk kita itu sudah sangat jelas, kalo untuk tunanetra...
kita menjelaskannya, dengan cara, misalnya..
ini kelas yang baru (sambil tangannya dibimbing untuk memegang pintu kelas), kelas ini disebelah kirinya lab kimia, sebelah kanannya, kantin. Ada 4 deret meja, meja guru ada di pojok kiri kelas...
Mungkin beberapa orang akan bilang.."ya.. memotivasi diri, dong supaya ngga malu"
Maaf kalo aku salah, tapi bukankah ketika kita memotivasi diri kita, kita juga perlu reward dan dukungan dari orang lain??
Kalo selama ini kita bersikukuh, bahwa semua itu bukan tugas kita (maksudku untuk membantu mereka jadi mandiri) coba deh..Apa enaknya, kita maju, tau ini itu sedangkan di dekat kita ada orang yang ngga tau apa yang kita bicarakan... ngga seru juga kan...

Friday, April 07, 2006

buku dan tunanetra...

The most beautiful things cannot be seen or tuoch, they must be felt in thier heart

Aku ngga tau berapa banyak orang yang memiliki hobi membaca atau.. mungkin sekedar membeli dan mengumpulkan buku..
Tapi aku rasa setiap kita-- tanpa melihat keadaan fisik maupun psikis--pasti pernah membaca buku (walaupun, mungkin, hanya sampul depannya saja).

Pernahkah terpikir tentang mereka, para penyandang cacat--paling tidak para penyandang cacat netra--yang kalo menurutku, banyak sekali aktifitas visual yang tidak dapat dijalani, atau.. dijalani dengan satu keterpakasaan--terpaksa menerima keadaaan tidak adil--yang tercipta karena ketidakmengertian orang lain akan kebutuhan mereka

Pernahkan terpikir bahwa tunanetra juga butuh buku, atau paling tidak satu media yang dapat memberikan pengetahuan walau hanya satu dua kata..

Sejak tahun 1998, aku diperkenalkan dengan mitranetra, LSM yang bergerak dibidang ketunanetraan. Pertama kali aku 'masuk' mitranetra, sebagai relawan, jujur aku bingung harus bagaimana..dalam hati aku hanya bilang "gila!! ada ya?? dunia yang begini disebelah dunia gw, dan gw ga tau!!" sejak itu aku berkomitmen pada diriku sendiri untuk melakukan apapun yang dapat membantu mereka sejauh aku mampu. Sejak itu.. aku mulai membacakan ujian, membantu mengkoreksi hasil ketikan, membacakan buku, mendampingi ke perpustakaan, membantu beberapa acara... intinya apapun yang diminta, dan aku sanggup ntuk melakukannya

2003, akhir... aku mulai bekerja sebagai staff--instruktur bahasa inggris--tentunya dengan tes seperti pelamar lain..dan sejak itu aku mulai merasa ada satu kesulitan ketika murid-muridku belajar dari buku-buku yang ada. Buku-buku yang dilengkapi dengan gambar warna-warni. Selam ini aku sangat menyukai buku bergambar, tapi ketika aku melihat apa yang aku hadapi ketika aku mengajar.. yang dapat kulakukan hanya berpikir, dan mencoba..
berpikir tentang bagaimana menjelaskan gambar yang penuh warna, mencoba memberikan pengertian tentang warna...

Akhir 2005, aku ada di sini... program baru seribu buku untuk tunanetra. Program yang membuatku tidak hanya mengenai cara mengajarkan gambar dan warna. Tapi juga membuat aku merasa malu karena keserakahanku menghabiskan banyak buku untuk diriku sendiri...

Aku baru benar-benar menyadari.. betapa sulitnya suatu buku tercipta untuk mereka.. suatu buku yang setiap kali aku ingin aku hanya perlu membeli, lalu menikmatinya beberapa jam saja.

Di sini, aku sebagai editor--buku elektronik khusus tunanetra--tentu saja tugasku mengedit buku-buku untuk mereka.. Tentunya proses editing dilakukan ketika naskah buku sudah ada di tanganku, tapidari mana naskah buku itu aku peroleh??? Ternyata, kami, mitranetra, harus mengajak masyarakat luas untuk mengetikkan ulang buku-buku yang beredar di banyak toko buku untuk selanjutnya aku ubah kedalam bentuk html... satu relawan dua relawan, tiga, empat, lima dan seterusnya.. jumlahnya terus bertambah...tapi bukan itu yang sesungguhnya aku inginkan atau lebih tepatnya kami, mitranetra inginkan..kami ingin orang yang menulis buku atau bahkan sang penerbit melongok barang sebentar apa yang sedang kami upayakan...

aku lupa tepatnya kapan, ada add friend request di friendster-ku..*thingking*.. siapa ya?? miranda?? Hmmmm...ya udah, dehh...

another day..
imel niy.. miranda... relawan.. oooo

--kutipan imel--

OK Mbak Indah, salute buat programnya, ya....

Terima kasih banyak.
tabe,Miranda.

"O ya, aku boleh masukin naskah novelku sendiri nggak ya, Sihir Cinta(GagasMedia, 2005)? :)"

hingga akhirnya...*thingking* miranda?? daftar relawan?? sama 'ga ya sama yang di fs-ku?? ya ampun!!! dia, tho.. telpon-telpon..


--kutipan percakapan--
"emang ngga papa ya kalo penulis langsung ngasi soft copy-nya"
"ngga papa, kok. aku juga dah tanya ke mas rudy, kalo hak cipta itu ada di penulisnya masing-masing"


--another day on the phone
"aku mo ada talkshow di jakarta, dateng aja"
"emang ngga papa ya??"

--at the talk show
"iya.. aku mau kok, bantu menghubungi penulis lain, gagas media kan hubungan antar penulisnya cukup dekat, jadi nanti aku bantuin ngomong deh..., aku juga dah bilang ke mas rudy lho.. dan dia support, boleh aja kalo mau soft copynya, nanti diomongin lagi.."
...

hingga saat ini, aku ngga pernah menduga kalo apa aku bicarakan, apa yang selama bertahun itu aku pikirkan ternyata mendapat tanggapan yang positif...

"Iya.. kamu atur aja, In, kapan kita bisa ketemu.. ke gagas, boleh...kamu tulis aja soft copy yang kamu butuhkan apa, nanti aku menghubungi penulisnya(frg)"

aku ngga pernah menduga kalo apa yang kuharapkan akan jadi kenyataan... satu penerbit... dua penerbit... aku harap akan semakin banyak penerbit yang 'tergugah' untuk membantu..

hingga kemarin.. kamis, 6 april 2006 14.30-17.00


Image hosting by Photobucket




aku ngga mengira acara akan semeriah itu, banyak yang meliput, para penulis memberikan dukungan dan kesediaan, obrolan-obrolan untuk kerjasama lebih lanjut...

mungkin hanya terima kasih yang bisa aku ucapkan, mungkin ngga berarti banyak.. tapi ini langkah awal yang akan berimbas sangat besar bagi para tunanetra.....

baca ini ya..peluncuran 7 novel braille ...